HAKIKAT CINTA - Azhar Mesir
Headlines News :
Home » » HAKIKAT CINTA

HAKIKAT CINTA

Written By Muhammad Syafi`i Tampubolon on Jumat, 02 September 2011 | 14.27

HAKIKAT  CINTA
Oleh: H. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar. MA

Agaknya kita pernah teringat bahkan menyaksikan sebuah film (sinetron) di televisi yang berjudul “Ada apa dengan cinta” yang diperankan oleh Nicholas Saputra sebagai Rangga dan Dian Sastro sebagai Cinta, namun cinta yang kita bahas dalam tulisani ini bukanlah cinta si “Cinta” dalam film “ada apa dengan cinta” tersebut, namun yang kita bahas adalah cinta yang lebih bermakna dan lebih bersahaja lagi, yaitu cinta kepada ilahi.
“Cinta” adalah lima huruf yang senantiasa ada dan muncul dalam kehidupan manusia, kapanpun dan dimanapun dia berada, pendek kata asalkan ia makhluk yang bernama manusia, ia akan selalu perlu dengan yang namanya cinta tanpa pandang siapa dia dan bagaimana pula status sosialnya. Cinta itu tentunya beragam, mulai cinta kepada lawan jenis, cinta kepada keluarga, cinta kepada negara, cinta kepada pekerjaan, dan tentunya cinta kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.

Nabi kita Muhammad Saw juga mengajarkan cinta dalam kehidupan, bahkan baginda kita Saw adalah seorang manusia yang penuh dengan cinta, yaitu cinta kepada Allah Swt dan umatnya. Bahkan, cintanya tidak hanya terbatas pada makhluk yang bernama “manusia” saja, akan tetapi mencakup seluruh alam. Hal ini terekam dalam salah satu irisan ayat al-Qur’an yang menyatakan; “wama arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin”. (Kami tidak mengutusmu melainkan untuk menebar kasih sayang diseluruh alam).(QS. Al-Anbiya’: 107)

Selanjutnya secara lebih sistematis Islam juga punya kerangka metodologis, Paling tidak, ada lima realisasi cinta dalam Islam, yaitu:

Pertama: Bentuk pertama ungkapan cinta adalah menyebut dan mengingat dalam hati ‘sesuatu’ yang dicintai yang terkadang dilakukan berulang kali. Inilah yang dalam Islam terterjemahkan dalam bentuk dua kalimat syahadat (asyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad rasulullah). Ungkapan dasar yang menyatakan kecintaan dan kesaksian seorang hamba kepada Allah Swt dan rasul-Nya. Seorang mukmin tidak sah dinyatakan cinta kepada Allah dan rasul sebelum mengungkapkan dan mengikrarkan dua kalimat cinta (baca: syahadat) tersebut.

Kedua: Jika menyebut dan mengikrarkan sudah dilakuakan, maka akan naik pada tingkatan berikutnya; yaitu akan timbul perasaan rindu dan selalu ingin bertemu, yang inilah dalam Islam terekspresikan dalam bentuk shalat lima waktu. Shalat dalam maknanya yang generik adalah “ingat”, hal ini sebagaimana ditegaskan Allah S.w.t. dalam ayatnya; “aqimis shalah li dzikri” (…dan dirikanlah shalat untuk mengingatku). (QS. Thaha: 14) Seorang mukmin yang sejati ia akan selalu rindu dari satu shalat ke shalat yang lain, setelah Zhuhur ia akan rindu Ashar, setelah Ashar ia rindu Maghrib, … dst. Dan bahkan ia terkadang tidak merasa puas dengan perjumpaan lima waktu tersebut, sehingga ia cari waktu senggang lain agar ia lebih lama lagi bercengkerama (baca: ibadah) kepada-Nya, maka ia carilah waktu Dhuha, Tahajjud, Witir, dll.

Ketiga: Dalam tingkatan selanjutnya, jika menyebut dan mengingat dalam hati sudah, bertemu (shalat) pun sudah, tingkatan selanjutnya adalah akan muncul ‘pengorbanan’. Ia tak segan dan tanpa pikir untuk memberikan sesuatu meskipun berupa sesuatu yang berharga (baca: harta). Inilah yang dalam agama Islam yang hanif ini termanifestasikan dalam bentuk kewajiban zakat. Essensi zakat adalah membersihkan jiwa dan harta dalam rangka meraih ‘cinta’ dari Allah Swt dengan memberikan sebahagian harta kepada yang berhak menerimanya.

Keempat: Jika berkorban dengan memberikan sesuatu (baca: harta) sudah dilakukan, perasaaan yang muncul berikutnya adalah selalu menerima apa adanya dan selalu tabah dan sabar terhadap berbagai ujian. Dalam Islam hal ini termanifestasikan dalam bentuk puasa. Puasa (shawm) intinya adalah menahan, menahan dari segala sesuatu yang dilarang untuk dilakukan meskipun terasa sulit dan berat. Namun seorang pecinta sejati (baca: Mukmin-Muslim) merasakan itu adalah sesuatu yang indah dan merupakan ujian dari Tuhan sehingga terasa nikmat sebab Tuhan sedang menguji seberapa besar keikhlasan dan kecintaannya kepada-Nya.

Kelima: Tingkatan terakhir, jika mengikrarkan dalam hati sudah, rindu dan bertemupun sudah, berkorban juga sudah, tabah dan sabarpun sudah. Dalam Islam, hal ini juga terwujud dalam ibadah menunaikan haji ke Baitullah. Sama diketahui betapa berat dan sulitnya untuk menuju rumah Allah tersebut (baitullah), ditambah lagi begitu besarnya biaya perbekalan yang dibutuhkan dalam perjalanan, tak luput pula terkadang bahaya akan menghadang, pula tak ada jaminan akan kembali ke kampung halaman . Namun seorang Mukmin yang begitu besar cintanya kepada sang pemilik cinta (Allah Swt) tak menghiraukan segala rintangan yang akan dihadapi. Ia dengan tegar tetap melangkah sambil mengucapkan; “labbaik allahumma labbaik, labbaik la syarika laka labbaik, …” (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu ya Allah… )

Demikianlah sekilas hakikat cinta dalam Islam yang terasa begitu indah jika dilakukan dengan benar dan ikhlas. Bila kelima hal ini dapat dilakukan dengan baik, disamping ibadah-ibadah lainnya, maka agaknya kita telah mendapat jaminan untuk mendapat cinta hakiki dari sang pemilik cinta tersebut, yaitu  Allah Swt.

Dalam sejarah, tak sedikit pula ulama yang senantiasa mengkhususkan hidupnya untuk bercinta (baca: ibadah) kepada Allah Swt, sebut saja sebagai misal Ibn al-Qayyim al-Jauzi (w. 597 H). Bila kita tilik karya-karya beliau senantiasa bernuansa hikmah dan kemesraan becinta kepada Allah Swt, ia banyak bicara tentang sabar, tawakkal, qana’ah, ridha, cemas-harap, dan lain-lain. Satu diantara karyanya adalah “Raudhatul Muhibbin” (Taman orang-orang yang sedang kasmaran). Dalam karyanya tersebut ia menjelaskan beberapa tanda-tanda orang yang sedang diliputi rasa cinta kepada Alllah Swt, antara lain:

● Ia punya sifat dan sikap cemburu, yaitu ekspresi lewat fastabiqul khairat (saling berlomba dalam kebajikan). Ia tidak mau tersaingi dengan orang yang banyak melakukan ibadah.
● Bergetar hatinya bila disebut nama yang dicintai-Nya (Allah Swt). Ekspresi lewat kelembutan hati -  “Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah keimanan mereka…” (QS.Al-Anfal ayat 2)

Semoga kita menjadi orang-orang yang mencintai dan dicintai oleh sang pemilik cinta, Allah Swt. Amin ! 
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Website | Hosting Syafii | Jurnalis Mesir
Copyright © 2011. Azhar Mesir - All Rights Reserved
Islam Kaffah Creating Website
Proudly powered by Blogger